Pernah suatu kali, aku mengajak teman untuk cari-cari buku
di Gramedia. Ya, meskipun bukan merupakan penggila baca, sejak SMA gramedia
merupakan tempat yang cukup sering ku datangi, meski untuk membaca gratis...
:-D
“Ngapai orang ini disini? Bukannya sekarang udah canggih,
skrg kan dari hape (handphone) sudah bisa, tinggal ngetik di google, kita bisa
tau semua, tak perlu capek2 buka buku”
Aku hanya tersenyum, begitu poloskah dia, atau memang
sekarang sudah seperti itu.
Bagiku, pernyataan temanku yang bahkan tidak lulus SMA ini
ku pikir cukup wajar. Saat sekarang ini, setiap orang bisa dengan mudah
mendapatkan informasi, berita terkini bahkan berita di waktu yang sudah lama,
hanya dengan telepon genggam yang terhubung jaringan internet. Tapi tau kah,
ternyata anak-anak sekolah atau bahkan anak kuliah juga berpikir hal yang sama,
meski tak sama persis.
Dewasa ini, internet sudah “mewabah” sampai ke pelosok desa
terpencil sekalipun. Bisa diakses dari computer dan handphone berbagai jenis.
Asalkan ada sinyal, pasti bisa untuk internetan. Apalagi beberapa waktu lalu
pemerintah genjar melakukan kampanye internet untuk desa. Tapi sayang,
pemanfaatan internet itu masih belum serta merta meningkatkan kualitas masyarakat itu
sendiri, atau bahkan yang terjadi justru dekadensi moral.
Loh kenapa bisa?
Penyebab nya tak lain, karena pemanfaatan internet tersebut
tidak tepat sasaran. Misalnya saja, sebagian besar internet dimanfaatkan untuk
penggunaan jejaring sosial dan game, atau yang lebih parah adalah akses
penipuan yang luar biasa dan situs porno.
Facebook dan twitter, merupakan jejaring sosial atau sosial media
yang cukup banyak diakses oleh masyrakat. Bahkan di masyrakat pedesaan, mungkin
yang mereka tau hanya Facebook dari internet itu sendiri. Dewasa ini berkembang
pula yang lain, seperti Path, Hangout, instagram dan lain sebagai nya.
Tak bisa dipungkiri sosial media ini begitu menyedot
perhatian banyak orang, sebenarnya banyak sekali hal-hal positif dari adanya
sosial media ini, tapi tidak sedikit pula yang menimbulkan efek negatif. Ibarat
pisau, Sosial media tergantung bagaimana orang yang menggunakannya.
Melalui sosial media, orang bisa bertukar informasi begitu
cepat, saking cepat nya, sampai-sampai kita bisa tidak tau yang mana informasi
yang benar dan mana yang salah. Dampak dari cepat nya informasi dan berita yang
tersebar, membuat banyak orang tak membutuhkan lagi Koran sebagai salah satu
pusat informasi yang bisa dibaca dan disimpan dan dibaca lagi diwaktu yang akan
datang.
Selain sosial media, search engine atau mesin pencari merupakan
yang paling banyak diakses, google dan yahoo adalah yang terpopuler diantara
nya, khusus nya di Indonesia. Kita bisa mencari tau “apa saja” dari mesin
pencari ini, mulai dari harga rumah, info kerja,rumus matematika, bahkan tugas
kuliah dan mungkin juga informasi tentang karya akhir.
Yup, saat ini, orang-orang bisa mencari tugas kuliah atau pr
sekolah. Ya, kadang kita bisa menemukan sumber pelajaran yang cukup banyak dari
surfing di internet ketimbang yang kita dapat di dalam kelas, bahkan jauh lebih
banyak. Bahkan, tidak sedikit guru ataupun dosen, sengaja memberikan tugas yang
diambil dari internet. Sebenarnya tidak masalah dan sangat berguna sekali. Tapi
yang menjadi masalah adalah, ketika internet dijadikan satu-satu nya bank
informasi yang kita ambil.
Sumber di internet hendak nya dijadikan perbandingan atau
semacam tambahan, bukan dijadikan rujukan resmi, jika harus, hendaknya
merupakan website resmi ataupun e-book dan isinya bisa dipertanggung jawabkan. Harus
nya sebagai pelajar, buku tetaplah referensi resmi. Karena apa yang ada di
internet itu, biasa nya merupakan hasil saduran dari apa yang ada di buku.
Tapi, semakin jauh, ada indikasi dimana buku tradisional
akan berevolusi menjadi buku elektronik, lebih jauh lagi pastinya akan ada vendor-vendor
yang akan menciptakan hal itu, dan kebiasaan masyarakat dalam membaca buku pun
akan berubah. Tetapi tetap saja, meskipun dalam bentuk e-book, jika berkaitan
dengan keilmuan isinya merupakan hasil dari riset dan bisa dipertanggung jawabkan
dan tentu bisa dijadikan refrensi.
Membaca buku penting, tapi surfing di internet juga tetap
harus. Mungkin lebih bagus lagi, sehingga kita bisa mendapatkan informasi yang
lebih cepat dan lebih banyak. Jika kita mengetahui suatu informasi yang
menarik, kita juga bisa membagikannya melalui internet. Hal itu juga bisa
membantu orang lain jika misalkan informasi yang kita punya juga dibutuhkan
orang lain.
Kita sebaiknya bijak memanfaatkan internet dan tetap membudayakan membaca buku. Keduanya sama saling terkait. Jangan sampai internet yang sangat positif ini justru jadi perusak diri kita. Jangan sampai hp yang dipakai justru lebih cerdas dari pengguna nya. Jadi, membaca buku atau surfing di internet sama baik nya
No comments:
Post a Comment